Pedagang Hewan telihat ngelapak di luar area pasar, karena pasar hewan di tutup oleh Pemrrintahan Nganjuk. |
NGANJUK (Pewarta88.com) – Terkait maraknya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menjangkit pada hewan ternak khususnya sapi dan kambing, Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk beberapa minggu yang lalu telah menutup pasar hewan sesuai dengan surat edaran (SE) Plt Bupati Nganjuk Nomor: 443.4/1749/411.317/2022.
Meskipun adanya SE tersebut, para pedagang atau blantik di pasar
hewan di wilayah Warujayeng, Kecamatan Tanjunganom tetap melakukan transaksi seperti
biasa. Kali ini para pedagang melakukan akad jual beli diluar lokasi pasar,
dikarnakan pasar tersebut telah di nonaktifkan pemerintah setempat
Penelusuran pewarta88.com di lokasi pasar itu terlihat begitu
rame, para pedagang dan penjual membanjiri area luar pasar hewan pada hari Minggu
(5/6/2022) beberapa minggu yang lalu.
Selain di wilayah Kelurahan Warujayeng hal senada juga
sempat di rasakan dan dikeluhkan oleh salah satu ASN OPD UPTD Pasar Berbek
Nganjuk. ASN tersebut juga mengeluh tentang keberadaan jual beli di pasar
berbek juga meluber di jalanan, dikarnakan imbas dari penutupan pasar hewan di
berbek.
Menurutnya, dengan adanya hal tersebut sangat butuh
perhatian atas kebijakan yang harus diberlakukan lagi, harap ASN itu kepada
kuli tinta media ini, Senin (13/6/2022).
Baca Juga: Pemdes Kepanjen Pace Nganjuk Diduga di PHP Proyek PJU Siluman
Adanya hal tersebut, Ir. Yudi Erwanto selaku Kepala Dinas
Peternakan dan Pertanian (Dispari) saat ditemui di ruang kerjanya menjelaskan, Secara
umum dalam pengelolaan pasar ada di Dinas Indag, kalau mengenai wabah PMK dan
terkait penutupan pasar hewan, bahwa hari ini tadi juga melakukan rapat bersama.
“Dalam rapat membahas bahwa kedepan akan kami lakukan
Evaluasi karena hal ini juga mengingat menjelang datangnya hari raya idul adha,”
ujar pejabat tersebut, Senin (13/6/2022).
Spanduk terpampang di area pasar hewan yang ada di Nganjuk. |
Lebih lanjut, mengingat hal tersebut disatu sisi tentunya pedagang juga berat untuk menerima penutupan pasar hewan. Namun secara umum kita menjaga lebih besar kepentingan peternakan.
“Sehingga ini juga salah satu menjadi atensi dari Plt.Bupati
dan Sekda, untuk menghadapi datangnya hari raya idul adha dan dalam waktu satu
minggu hingga dua minggu ini masih di
kaji,” jelasnya.
Pihak Dispari juga berharap, dengan catatan dan konskuwensi
harus bisa saling menerima, artinya ketika hewan ternak ini mau masuk pasar
ternyata hewan ternak itu sakit maka harus dibawa pulang.
“Para pedagang juga harus paham kalau hewan itu sakit ya
jangan dibawa kepasar, kita juga tidak ingin masyarakat dirugikan,” sambungnya.
Disinggung adanya penutupan pasar namun para pedagang
meluber memadati jalan di area pasar, pihak Dispari akan Evaluasi terkait
adanya hal tersebut. Supaya OPD Indag mengkoordinasikan terkait adanya
penertiban.
“Kita tidak berharap karena tujuan kita baik dan takutnya
malah menjadi miskomunikasi oleh para pedagang. Menurut hasil surve Dinas
Peternakan sampai saat ini terjadi 2000 Ekor Hewan suspek dan kesembuhan sudah
mencapai 600 ekor yang mati ada 6 ekor. Penyumbang angka suspek pada hewan
yaitu wilayah Kecamatan Loceret, Baron, Gondang dan Wilangan,” pungkas Yudi
panggilan akrab pejabat Dispari tersebut.(m.to)
Baca Juga:
Pemdes Kepanjen Pace Nganjuk Diduga di PHP Proyek PJU Siluman |