Candi Brahu di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. |
MOJOKERTO (Pewarta88.com) - Dalam rangka meningkatkan publikasi dan perluasan informasi kepada masyarakat, yang dapat diharapkan mampu membuka peluang peningkatan ekonomi dari sektor pariwisata dan UMKM di Kabupaten Mojokerto pasca Pandemi Covid-19. Pemerintah daerah Kabupaten Mojokerto melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Mojokerto menggelar pers tour yang bertajuk 'Pawarta Kabupaten Mojokerto Mblarah Bareng Diskominfo Kabupaten Mojokerto'.
Kegiatan pers tour tersebut berlangsung secara bergiliran
selama empat hari berturut-turut dari Senin (25/7/2022) hingga Kamis (28/7/2022), diikuti
sedikitnya 92 pawarta dari berbagai media elektronik, cetak maupun media siber
yang telah dibagi secara kelompok.
Dalam kesempatan ini, Kepala Dinas Komunikasi dan
Informatika (Kominfo) Kabupaten Mojokerto Ardi Sepdianto dan kepala Dinas
Kebudayaan Pariwisata Pemuda Olahraga (Disbudporapar) Kabupaten Mojokerto, Norman
Handito. Mengajak pewarta yang ada di Mojokerto untuk mengunjungi beberapa
wisata yang ada di daerah Mojokerto. Diantaranya :
Candi Brahu di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Waduk
Tanjungan di Desa Tanjungan, Kecamatan Kemlagi dan Kampung Madu di Desa
Kemlagi, Kecamatan Kemlagi. Rabu (27/07/2022).
Kunjungan pertama, bertempat di Desa Bejijong, Kecamatan
Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Candi Brahu. menurut catatan sejarah merupakan
tempat pemujaan Agama Budha, hal ini dapat dilihat dari gaya bangunan sisa
profil atas stupa pada sudut timurlaut atap serta di dukung temuan arca-arca
Budha.
Didalam bilik candi terdapat susunan bata yang menyerupai
sebuah altar, disekitar Candi Brahu ditemukan benda kuna terbuat emas dan
perak, berupa enam arca Budha dan lempengan perak dengan tulisan kuna.
Benda-benda ini sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta,maka kemungkinan
besar Candi Brahu merupakan candi berlatar belakang Agama Budha.
Pada tahun 1963, sekitar 45 m ke arah barat daya Candi Brahu
(Desa Bejijong) telah ditemukan empat buah lempengan tembaga (Prasasti) bertulisan
huruf kuna, diduga dari abad X. saat ini Prasasti tersebut disimpan di Museum
Trowulan.
Setelah diteliti prasasti tersebut adalah prasasti Alasantan
yang dikeluarkan oleh Raja Mpu Sendok. Pada tahun 861 Saka atau tepatnya 9
September 939 M. di dalam Prasasti Alasantan di antaranya telah menyebut nama
sebuah bangunan suci yaitu: waharu/warahu.
Berdasarkan hal itu, maka nama Brahu mungkin saja berasal
dari kata waharu/warahu tersebut. Jika benar, maka umur Candi Brahu lebih tua
dibandingkan dengan candi yang terdapat di Situs Trowulan.
“Candi Brahu ini pernah mengalami dua kali renofasi pertama
pada tahun 1280 yang diketuai oleh Ir. Hendri Makhlinpon dari Belanda jadi
menata kembali bata yang runtuh terutama yang sebelah kiri candi itu jadi bata
yang runtuh – runtuh itu ditempelkan lagi Cuma sistemnya beda sebenarnya yang
asli itu digosok bata yang satu dengan yang lain,” jelas tour guide Candi Brahu
didampingi oleh Pradana Mardiatna selaku Kepala Desa Bejijong, Rabu (27/7/2022).
Juga didepan puluhan kuli tinta.
Lebih lanjut, mungkin untuk mempercepat pemugaran
menggunakan campuran semen dan pasir mangkanya bedakan kaki – kaki atau lantai
candi dengan yang atas dan akhirnya runtuh kembali.
“Dan dipugar kembali oleh Dinas Suwaka Peninggalan Perbakala
tahun (1990 – 1995),” sambungnya.
Waduk Tanjungan di Desa Tanjungan, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto. |
Kunjungan kedua, Mojokerto adalah salah satu daerah di Jatim yang menyimpan banyak objek wisata menarik. Terutama wisata alam dan waterpark yang selama ini menjadi wisata andalannya. Tempat wisata di Mojokerto tidak hanya favorit bagi warga Mojokerto, tetapi juga menjadi alternatif wisata bagi daerah-daerah di sekitarnya. Mulai dari Batu, Malang, Pasuruan, Lamongan, hingga Surabaya.
Baru-baru ini muncul wisata alam dengan konsep kekinian yang
menjadi buruan bagi warga Mojokerto, terutama bagi para muda-mudi yang gemar
berburu foto keren, yaitu wisata Waduk Tanjungan Kemlagi. Sebab, panorama alam
waduk nampak begitu menawan, didukung dengan fasilitas untuk foto selfie,
sehingga menjadi daya tarik yang luar biasa bagi wisatawan.
“Untuk harga tiket masuk dewasa 5.000 dan anak-anak 2.500.
dan di dukung kuliner dengan harga yang merakyat Kebijakan dari kami pihak
pengelolah jika ada penyelewengan terhadap harga kuliner yang di jual kepada
pengunjung maka pihak kami akan bertindak tegas” tegas penglola wista saat
ditemui awak media.
Kampung Madu di Desa Kemlagi, Kecamatan Kemlagi. Kabupaten Mokokerto. |
Kunjungan wisata terakhir masih di Kecamatan yang sama kami bergeser ke kampung madu yang bertempat di Desa Kemlagi, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto. awak media yang ikut kegiatan Mblarah Bareng Diskominfo Kabupaten Mojokerto ditunjukkan tempat penangkaran madu alami di tepi hutan Desa Kemlagi.
"Kami sengaja sajikan di sini agar teman-teman semua
bisa menikmati situasi alami penangkaran madu asli di desa kami," kata
Abdul Wahab selaku Kepala Desa Kemlagi didepan puluhan awak media.(Ben/adv)
Baca Juga:
Ngaji Kebangsaan Bersama Habib Lutfi Di Ponpes Darul Hikmah |